Sabtu, 07 Januari 2012

SDLC

TUGAS

MATA KULIAH
SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

SDLC
(Systems Development Life Cycle, Siklus Hidup Pengembangan Sistem)

AZHARI
0861201044





FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
Jl. Perintis Kemerdekaan I/33 Cikokol Kota Tangerang



PENGERTIAN
SDLC (Systems Development Life Cycle, Siklus Hidup Pengembangan Sistem) atau Systems Life Cycle (Siklus Hidup Sistem), dalam rekayasa sistem dan rekayasa perangkat lunak, adalah proses pembuatan dan pengubahan sistem serta model dan metodologi yang digunakan untuk mengembangkan sistem-sistem tersebut. Konsep ini umumnya merujuk pada sistem komputer atau informasi. SDLC juga merupakan pola yang diambil untuk mengembangkan sistem perangkat lunak, yang terdiri dari tahap-tahap: rencana(planning), analisa (analysis), desain (design), implementasi (implementation), uji coba (testing) dan pengelolaan (maintenance). Dalam rekayasa perangkat lunak, konsep SDLC mendasari berbagai jenis metodologi pengembangan perangkat lunak. Metodologi-metodologi ini membentuk suatu kerangka kerja untuk perencanaan dan pengendalian pembuatan sistem informasi, yaitu proses pengembangan perangkat lunak. Terdapat 3 jenis metode siklus hidup sistem yang paling banyak digunakan, yakni: siklus hidup sistem tradisional (traditional system life cycle), siklus hidup menggunakan protoyping (life cycle using prototyping), dan siklus hidup sistem orientasi objek (object-oriented system life cycle).

Model Proses Pengembangan Perangkat Lunak
Model proses perangkat lunak (atau disebut juga paradigma rekayasa perangkat lunak) adalah suatu strategi pengembangan yang memadukan lapisan proses, metode, dan alat serta tahap-tahap generik. Model proses untuk rekayasa perangkat lunak dipilih berdasarkan sifat proyek dan aplikasi, metode dan alat yang digunakan, serta pengendalian dan hasil yang diinginkan. Berikut adalah beberapa modelproses pengembangan perangkat lunak.

Linear Sequential Model
Linear sequential model (atau disebut juga “classic life cycle” atau “waterfall model”) adalah metode pengembangan perangkat lunak dengan pendekatan sekuensial dengan cakupan aktivitas:
1. Pemodelan dan rekayasa sistem/informasi.
Menetapkan kebutuhan untuk seluruh elemen sistem dan kemudian memilah mana yang untuk pengembangan perangkat lunak.
2. Analisis kebutuhan perangkat lunak
3. Perancangan
4. Pembuatan kode
5. Pengujian
6. Pemeliharaan
Beberapa kelemahan linear sequential model:
1. Proyek yang sebenarnya jarang mengikuti alur sekuensial, sehingga perubahan yang terjadi dapat menyebabkan hasil yang sudah didapat tim harus diubah kembali.
2. Linear sequential model mengharuskan semua kebutuhan pemakai sudah dinyatakan secara eksplisit di awal proses, tetapi kadang-kadang hal ini tidak dapat terlaksana karena kesulitan yang dialami pemakai saat akan mengungkapkan semua kebutuhannya tersebut.
3. Pemakai harus bersabar karena versi dari program tidak akan didapat sampai akhir rentang waktu proyek.
4. Adanya waktu menganggur bagi pengembang, karena harus menunggu anggota tim proyek lainnya menuntaskan pekerjaannya.

Prototyping Model
Pendekatan prototyping model digunakan jika pemakai hanya mendefinisikan objektif umum dari perangkat lunak tanpa merinci kebutuhan input, pemrosesan dan outputnya, sementara pengembang tidak begitu yakin akan efisiensi algoritma, adaptasi sistem operasi, atau bentuk interaksi manusia-mesin yang harus diambil. Cakupan aktivitas prototyping model terdiri dari:
1. Mendefinisikan objetif secara keseluruhan dan mengidentifikasi kebutuhan yang sudah diketahui.
2. Melakukan perancangan secara cepat sebagai dasar untuk membuat prototype
3. Menguji coba dan mengevaluasi prototype dan kemudian melakukan penambahan dan perbaikan-perbaikan terhadap prototype yang sudah dibuat.



Kelemahan prototyping model:
1. Walaupun pemakai melihat berbagai perbaikan dari setiap versi prototype, tetapi pemakai mungkin tidak menyadari bahwa versi tersebut dibuat tanpa memperhatikan kualitas dan pemeliharaan jangka panjang.
2. Pengembang kadang-kadang membuat kompromi implementasi dengan menggunakan sistem operasi yang tidak relevan dan algoritma yang tidak efisien.

RAD (Rapid Application Development) Model
Merupakan model proses pengembangan perangkat lunak secara linear sequential yang menekankan pada siklus pengembangan yang sangat singkat.
Pendekatan RAD model mempunyai cakupan:
1. Pemodelan bisnis
2. Pemodelan data
3. Pemodelan proses
4. Pembuatan aplikasi
5. Pengujian dan pergantian
Kelemahan RAD model:
1. Untuk proyek dengan skala besar, RAD membutuhkan sumber daya manusia yang cukup untuk membentuk sejumlah tim RAD.
2. RAD membutuhkan pengembang dan pemakai yang mempunyai komitmen untuk melaksanakan berbagai aktivitas melengkapi sistem dalam kerangka waktu yang singkat.
3. Akan menimbulkan masalah jika sistem tidak dapat dibuat secara modular.
4. RAD tidak cocok digunakan untuk sistem yang mempunyai resiko teknik yang tinggi.





Incremental Model
Merupakan kombinasi linear sequential model (diaplikasikan secara berulang) dan filosofi pengulangan dari prototyping model. Setiap tahapan linear sequential menghasilkan deliverable increment bagi perangkat lunak, dimana increment pertamanya merupakan sebuah produk inti yang mewakili kebutuhan dasar sistem. Produk inti ini nantinya dikembangkan menjadi increment-increment selanjutnya setelah digunakan dan dievaluasi sampai didapat produk yang lengkap dan memenuhi kebutuhan pemakai.
Kelemahan incremental model:
1. Hanya akan berhasil jika tidak ada staffing untuk penerapan secara menyeluruh.
2. Penambahan staf dilakukan jika hasil incremental akan dikembangkan lebih lanjut.

Spiral Model
Merupakan model proses perangkat lunak yang memadukan wujud pengulangan dari model prototyping dengan aspek pengendalian dan sistematika dari linear sequential model. Dalam model ini perangkat lunak dikembangkan dalam suatu seri incremental release.
Spiral model dibagi menjadi 6 aktivitas kerangka kerja sebagai berikut:
1. Komunikasi dengan pemakai
2. Perencanaan
3. Analsis resiko
4. Rekayasa
5. Konstruksi dan pelepasan
6. Evaluasi
Kelemahan spiral model:
1. Sulit untuk meyakinkan pemakai (saat situasi kontrak) bahwa penggunaan pendekatan ini akan dapat dikendalikan.
2. Memerlukan tenaga ahli untuk memperkirakan resiko, dan harus mengandalkannya supaya sukses.
3. Belum terbukti apakah metode ini cukup efisien karena usianya yang relatif baru.
Component Assembly Model
Menggabungkan berbagai karakteristik dari spiral model. Pembuatan aplikasi dengan pendekatan model ini dibangun dari komponen-komponen perangkat lunak yang sudah dipaketkan sebelumnya dengan cakupan aktivitas sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi calon-calon komponen (kelas objek)
2. Melihat komponen-komponen dalam pustaka
3. Mengekstrak komponen jika ada
4. Membangun komponen jika tidak ada
5. Menyimpan komponen baru pada pustaka
6. Mengkontruksi iterasi ke-n dari sistem.

Fourth Generation Techniques (4GT)
Menggunakan perangkat bantu yang akan membuat kode sumber secara otomatis berdasarkan spesifikasi dari pengembang perangkat lunak. Hanya digunakan untuk mengembangkan perangkat lunak yang menggunakan bentuk bahasa khusus atau notasi grafik yang diselesaikan dengan
syarat yang dimengerti pemakai. Cakupan aktivitas 4GT:
1. Pengumpulan kebutuhan.
2. Translasi kebutuhan menjadi prototype operasional, atau langsung melakukan implementasi secara langsung dengan menggunakan bahasa generasi keempat (4GL) jika aplikasi relatif kecil.
3. Untuk aplikasi yang cukup besar, dibutuhkan strategi perancangan sistem walaupun 4GL akan digunakan.
4. Pengujian.
5. Membuat dokumentasi.
6. Melaksanakan seluruh aktivitas untuk mengintegrasikan solusi-solusi yang membutuhkan paradigma rekayasa perangkat lunak lainnya.


Salah satu keuntungan penggunaan model 4GT adalah pengurangan waktu dan peningkatan produktivitas secara besar, sementara kekurangannya terletak pada kesulitan penggunaan perangkat bantu dibandingkan dengan bahasa pemrograman, dan juga kode sumber yang dihasilkannya tidak efisien.
Sumber : CourseWare Rekayasa Perangkat Lunak, Politeknik Telkom.

Pengembangan Sistem Informasi Penjaminan Mutu Pendidikan Melalui EDS-M Online
Melalui Permendiknas No. 63 tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) dan Inpres No. 1 tahun 2010 tentang Percepatan Pembangunan Nasional (khususnya tentang akselerasi SPMP), upaya peningkatan mutu pendidikan diharapkan menjadi fokus perhatian berbagai instansi terkait, khususnya sekolah untuk dapat mengimplementasikan secara baik dan benar sesuai dengan konsep SPMP. Peningkatan mutu pendidikan juga harus dilaksanakan dengan berbasis data, data yang telah dianalisis dengan akurat dan benar. Analisis data ini kemudian menghasilkan rekomendasi yang dapat digunakan sebagai base line data untuk dasar merencanakan kegiatan dan program peningkatan mutu secara proporsional, akurat, dan berkelanjutan.
Dalam implementasinya, salah satu komponen utama SPMP adalah EDS-M dan MSPD, selain berbagai instrument lainnya, misalnya hasil Ujian Nasional atau Akreditasi sekolah. EDS-M merupakan suatu instrument yang diharapkan dapat memfasilitasi dan membantu sekolah untuk dapat secara berkala dan berkelanjutan memotret dan memetakan prestasi dan kekurangan dirinya dalam mencapai delapan Standar Nasional Pendidikan (SNP) atau Standar Pelayanan Minimal (SPM). Sedangkan MSPD merupakan instrument yang digunakan pengawas sekolah untuk merangkum hasil EDS-M dan digunakan sebagai laporan pencapaian SNP dari satu atau sekelompok sekolah kepada Pemerintah Daerah melalui Dinas Pendidikan setempat.

Hasil EDS-M dan MSPD akan menjadi bahan masukan dan rekomendasi yang akurat bagi sekolah, Pemerintah Daerah Kab/Kota, Provinsi, dan nasional untuk menjadi dasar perencanaan program peningkatan mutu pendidikan untuk tahun berikutnya.
Sebagai instrumen yang sangat penting dalam mengimplementasikan program peningkatan mutu pendidikan, EDS-M dan MSPD pada tahun 2011 ini BPSDMP-PPMP membuat alternatif untuk percepatan pengumpulan data dari sekolah melalui pengawas serta pihak LPMP dalam hal pengelolaan transaksi data yang di sebut dengan EDS-M Online.
EDS-M Online adalah suatu alat yang dirancang terintegrasi dengan sistem dapodik, sehingga pelaksanaan transaksi sistem setiap satuan pendidikan mengikat NPSN sebagai data reference identitas tunggal sekolah. Diharapkan dari integrasi sistem ini untuk tahun 2011 adalah terkumpulnya data EDS-M dari 29.000 sekolah/satuan pendidikan akan lebih cepat tercapai.

Web-based SIA - Sebuah Proyek Sistem Informasi Akademik berbasis WEB
Riwayat Pembuatan
Pada awalnya aplikasi ini dibuat untuk memenuhi pesanan perguruan tinggi dibawah departemen agama Republik Indonesia, IAIN Walisongo Semarang (pertengahan tahun 2002). Pada waktu yang hampir bersamaan, sebuah perguruan tinggi swasta di Semarang (STIMIK-AKI) dan kemudian Jurusan Teknik Sipil Undip, juga memesan 'barang' yang sama, yaitu sebuah perangkat lunak komputer untuk mengelola data akademik. Untuk mewujudkan proyek ini, langkah pertama adalah saya mencari partner; dan kandidat paling tepat untuk ini tentu saja mahasiswa saya sendiri dari jurusan teknik elektro universitas diponegoro. Berikut saya perkenalkan tim pengembang; saudara Bondan Muliawan (yunior programmer, angkatan '98), Didik A dan Tunggul S (trainner dan network administrator, angkatan '99) dan Salmon G (system security, angkatan '98) serta saya sendiri (Kodrat IS) sebagai team leader, system analyst sekaligus senior programmer.
Singkat cerita, sistem yang kami kembangkan berjalan sesuai dengan yang direncanakan dan hingga saat ini (desember 2009) kami sudah berhasil mengembangkan 2 (dua) jenis pengguna yaitu SIA+ dan SIA. Bahkan penggunanya (iain walisongo, stain-kudus/kediri/tulungagung, universitas diponegoro semarang dan universitas ahmad dahlan yogyakarta) dapat langsung bekerja, karena kami berhasil mentransfer data sistem lama menuju sistem baru. Pada waktu yang akan datang, kalau ada perguruan tinggi yang menginginkan salinan dari aplikasi ini, calon pengguna dapat memilih kelompok yang paling mendekati spesifikasinya dan tidak tertutup kemungkinan akan muncul kelompok pengguna baru.
Saat ini, selain Web-based SIA, kami juga sudah menyelesaikan produk Web-based SIE (sistem informasi eksekutif) yaitu sistem informasi yang dapat menyajikan informasi-informasi akademik/kepegawaian dan keuangan untuk eksekutif (pimpinan perguruan tinggi) serta Web-based SIK (sistem informasi kepegawaian) pada lingkungan perguruan tinggi.
Kami sangat berharap bahwa proyek ini dapat berjalan terus dan semakin banyak perguruan tinggi yang memanfaatkan aplikasi ini. Dan untuk membiayai proyek ini, kami akan meniru cara yang ditempuh oleh beberapa proyek open source (seperti apache atau mysql), tergantung dari kemampuan calon pengguna, mulai dengan kerjasama saling menguntungkan hingga penjualan produk ini secara komersial dengan harga terjangkau.

Tidak ada komentar: